I am the luckiest person in the whole wide Me.
Analisis sekuen pada cerita pendek berjudul “Sejak Porselen Berpipi Merah itu Pecah” karya Intan Paramaditha.*
Penceritaan (discourse):
1. Keadaan rumah sejak porselen berpipi merah itu pecah
1.1 Keadaan rumah tua yang masih terawat
1.2 Keadaan rumah yang dibuat bersih dan rapi, meski bocor di sana-sini
1.3 Bapak yang belum mengumpulkan uang untuk perbaikan
1.4 Ibu yang berinisiatif untuk mempercantik rumahnya
1.4.1 Ibu memeriksa taplak, ubin, dan toples kue di ruang tamu
1.5 Si Manis yang tetap makan dari piringnya
2. Rutinitas Ibu
2.1 Ibu menyeduh minuman di pagi hari
2.1.1 Ibu menyeduh kopi hitam untuk Bapak dan teh untuk dirinya sendiri
2.1.2 Ibu melamun melihat dalam pekatnya kopi
2.2 Ibu menentukan menu makanan
2.2.1 Ibu bisa memilih yang tidak mahal, tapi selalu berganti menu
2.3 Ibu menggosok noda pada piring kotor
3. Rutinitas Bapak
3.1 Bapak sarapan sambil membaca koran
3.2 Bapak menghabiskan waktu di ruang kerja
3.3 Bapak banyak membaca sejak pensiun
3.3.1 Bapak suka membaca kisah sukses tokoh, buku kesehatan alternatif, buku tentang tanaman
3.3.2 Ingatan tentang Bapak yang hobi menanam
3.3.2.1 Bagi Bapak merawat tanaman adalah memupuk harapan
4. Aktivitas Bapak dan Ibu
4.1 Di pagi hari
4.1.1 Bapak duduk di meja makan sambil membaca koran
4.1.2 Ibu menawari Bapak pisang goreng
4.1.3 Ibu sibuk di dapur
4.2 Di siang hari
4.2.1 Ibu menawari Bapak makan siang
4.2.2 Bapak makan sendiri karena Ibu sudah makan duluan
4.3 Di sore hari
4.3.1 Ibu membereskan majalah di kolong meja
4.3.2 Ibu mendengar televisi
4.4 Di malam hari
4.4.1 Bapak tidur lebih awal
4.4.2 Ibu mengadakan inspeksi sebelum tidur
5. Ingatan tentang keadaan boneka cantik (porselen berpipi merah)
5.1 Keadaan cenderamata di atas peti kayu di ruang tamu
5.1.1 Terdapat rumah-rumahan berkincir dari Belanda yang didapat dari mantan atasan Bapak
5.1.2 Terdapat cawan berukir dari Thailand yang diperoleh dari tetangga
5.1.3 Terdapat Yin Yin, porselen berpipi merah dari Cina
5.2 Asal-usul Yin Yin
5.2.1 Yin Yin hadiah dari Ardi, keponakan Bapak dan Ibu
5.2.2 Kedekatan Ardi dengan Bapak dan Ibu
6. Keelokan Yin Yin
6.1 Jari tangan Yin Yin yang halus dan mungil
6.2 Kaki Yin Yin yang cantik namun terbebat dalam sepatu
6.3 Sepasang mata almon mungil Yin Yin
6.4 Kulit terang, pipi merah, dan bibir berbentuk hati Yin Yin
6.5 Senyum Yin Yin
7. Saat Ibu menemukan Yin Yin yang pecah
7.1 Hati Ibu yang sedih
7.2 Si Manis yang memecahkannya
7.3 Ibu menemukan benang wol Si Manis
8. Kesedihan Bapak dan Ibu
8.1 Andai Yin Yin dicuri
8.1.1 Mungkin tubuh Yin Yin masih utuh
8.1.2 Mungkin seseorang akan membeli Yin Yin
8.1.3 Mungkin seseorang akan menjadikan Yin Yin pajangan
8.2 Keadaan Yin Yin ketika Ibu menemukannya
8.2.1 Kepala Yin Yin terpisah dari tubuhnya
8.2.2 Kaki Yin Yin yang bersepatu beludru terpisah dari tubuhnya
9. Bapak berusaha memperbaiki Yin Yin
9.1 Banyak serpihan yang tidak bisa direkatkan kembali
9.2 Punggung Yin Yin bolong
9.3 Yin Yin kembali diletakkan di tempatnya
9.4 Yin Yin dimasukkan ke dalam laci tertutup
10. Ingatan tentang asal-usul Si Manis
10.1 Kelakuan Ibu Si Manis, Si Brandal
10.1.1 Si Brandal sering kelayapan dan mencuri ikan
10.1.2 Ibu butuh kucing karena rumahnya penuh tikus
10.1.3 Suara Si Brandal saat kawin memekakkan telinga
10.1.4 Si Brandal pelacur murahan
10.1.5 Si Brandal mempunyai banyak anak di mana-mana
10.2 Ketika Si Manis lahir
10.2.1 Si Manis belang tiga
10.2.2 Kucing belang tiga membawa keberuntungan
10.2.3 Ibu dan Bapak memelihara Si Manis
10.3 Kelakuan Si Manis
10.3.1 Si Manis selalu menangkap tikus
10.3.2 Si Manis tahu di mana harus buang air
10.4 Nasib Si Manis setelah pecahnya Yin Yin
10.4.1 Si Manis mendapat perlakuan yang getir
10.4.2 Si Manis divonis ekskomunikasi
10.4.3 Si Manis masih makan dari piringnya
10.4.4 Jatah makan Si Manis tidak berkurang
10.4.5 Ibu dan Bapak tidak pernah berbicara lagi pada Si Manis
10.4.6 Si Manis mati rasa
11. Kunjungan Ardi setelah pecahnya Yin Yin
11.1 Ardi memberi Ibu sebuah kado
11.1.1 Ibu membuka kado dengan gembira
11.1.2 Senyum Ibu muncul tersamar
11.1.3 Ibu mendapatkan hadiah boneka Cina laki-laki
11.2 Ibu teringat Yin Yin
11.2.1 Boneka laki-laki takkan suka Yin Yin yang pecah
11.2.2 Ibu dan Bapak kecewa
11.3 Ardi bertanya mengapa Ibu sedih
11.4 Ibu menceritakan kejadian jatuhnya Yin Yin
11.5 Ardi tertawa
11.5.1 Ardi menghibur Ibu
11.5.2 Ardi hendak membelikannya boneka yang baru
11.6 Kegembiraan Bapak dan Ibu
11.6.1 Yin Yin dikeluarkan dari laci
11.6.2 Yin Yin diletakkan di atas peti sampai penggantinya datang
12. Menghilangnya Si Manis
12.1 Tidak ada yang peduli kepada Si Manis
12.2 Seorang tetangga melihat Si Manis menggelandang
13. Si Manis teringat piring makannya
13.1 Si Manis teringat Ibu dan Bapak
13.2 Si Manis teringat rumah tuanya
13.3 Si Manis teringat Yin Yin
13.3.1 Si Manis ingin membela diri
13.3.2 Yin Yin yang ingin terjun dan bunuh diri
13.3.3 Yin Yin yang tidak suka dipajang
13.3.4 Yin Yin tak suka kakinya dibebat
Cerita (story):
Bagan Kausalitas:
4
|
1 - 2 - 3 - 6 - 7
|
5
*Cerpen "Sejak Porselen Berpipi Merah itu Pecah" terdapat dalam kumpulan cerpen Sihir Perempuan atau dapat diakses dalam arsip Koran Tempo.